Sabtu, 18 Juni 2011

HIMA PLS UNY = KEBANGGANKU

GORESANKU UNTUK HIMA PLS
Oleh: Yudan Hermawan

Perhatikan pertanyaan ini….
apa sih organisasi?
apa yang bisa perbuat untuk organisasi?
Apa sih yang kita dapatkan dari organisasi?
mau dibawa kemana organisasi?

Yahhh, pertanyaan itulah yang selalu mengikutiku selama ini,
yang selalu berusaha memasuki pikiranku untuk segera menemukan jawabanya?
Semua pertanyaan itu muncul sejak dahulu kala dan smpai sekarang,,,
Awal mula saya mencoba menyusup dan memakai almamater organisasi
berawal dari rasa ingin mencoba dan merasakan organisasi itu seperti apa
sampai aku seperti sekarang
hampir semua waktu luang,dikala tidak kuliah, semuanya tersita organisasi
dikala teman yang lain pulang kuliah,belajar,mengerjakan tugas
saya tetap dikampus mondar mandir, utak-utik pikiran untuk organisasi
ketika teman saya mulai istirahat,tidur,,,,
saya barulah pulang dari kampus dengan muka kucel dan mulai belajar
capek,lelah,bosen,males,,,,,ya tentunya muncul di benakku
korban waktu,
korban tenaga
dan juga terkadang merogoh kocek dari dompet yang sudah tipisss
untuk sebuah organisasi
tapi semuanya terasa terbayarkan jika melihat acara bisa terlaksana
sukses lagiii,,,,,hehe
semuanya terasa puas dan hilang pengorbanan yang telah di berikan
ketika melihat kesuksesan itu
mungkin hanyalah sebagian penggurus HIMA yang menrasakan hal semacam itu
yang memang merasakan betapa HEBATNYA itu……

dari organisasilah aku bisa menyalurkan ilmu yang aku dapat untuk masyarakat
dari organisasi aku merasa hidup ku bermanfaat untuk orang-orang disekitar ku
dari organisasi pula aku menemukan artinya teman, artinya pengorbanan, artinya saling mengerti
dari organisasilah aku bisa memenejemn waktu
dari organisasilah yang mambawaku menjadi lebih dewasa

HIMA tahun ini mungkin akan menjadi tahun terberat bagi KU
Dengan segala kebimbangan, segala kekuranganku, keraguan,
aku mencoba melangkah
mengambil resiko itu
hanyalah tekad NEKAD
menerima tawaran menjadi KETUA HIMA PLS
suatu amanah yang besar dipundaku,, mau dibawa kemana HIMA ku ini??

Setelah berapa bulan berjalan, ternyata sudah banyak sekali maslah-maslah yang memaksaku untuk menjadi lebih sensitife dan bijak untuk mengabil sebuah keputusan…
dengan sedikit pengetahuan dan pengalamanku ternyata banyak sekali pertanyaan yang harus aku cari jawabannya, yang harus aku mengerti demi HIMA ku,,,
semangat yang muncul dari kecerian mahasiswa PLS 2010,
sebuah motivasi dan semangat dari PLS 2009 dan 2008
tak kalah juga dari semua dosen PLS UNY yang super hebatttt
mungkin aku sudah males memikirkan HIMA
lebih baik jadi mahasiswa biasa, yang bisa main setelah kuliah tanpa ada beban pikiran lagi
yang langsung pulang kekontrakan ngerjain tugas kuliah yang numpuk dan pastinya teman-temanku yang lain sudah selesai.
tetapi ternyata ada kenikmatan dan kepuasaan tersendiri ketika sudah bisa melewati permasalahan tersebut

terima kasih untuk kalian yang selalu mendengarkan segala keluh kesah ku saat aku membutuhkan tempat untuk bercerita,nangis lagi…
terima kasih untuk kamu yang mau meluangkan waktu hanya mendengar aku menangis,
wah yudan cengeng yo pas evaluasi.hoho
dan seribu maaf untuk pengurus yang merasa terkecewakan oleh aku
yang selalu mengalah demi arogan ku,, yang selalu sok tau padahal bodoh..
yang selalu tidak mendengarkan semua masukan dari kalian
yang selalu ingin menang
yang selalu tidak serius dalam rapat, acara, dan waktu formal
tapi aku dengan segala maafku,
kita pasti memiliki tujuan yang sama hanya cara yang kita tempuh yang berbeda

Sesuai dengan tujuan awal…masuk organisasi harus bisa meningkatkan kapasitas individ..
dan ternyata sukses….dan aku semakin serius melakoninya..sampai-sampai jarang pulang ke rumah…bagaimana tidak sederetan program kerja sudah di susun oleh pengurus…dan saya sebagai ketua harus mampu ikut menyukseskan program-program tersebut… nahhhh disinilah enaknya berorganisasi…kita bisa terapin teori yang kita dapat dari kuliah ke dalam organisasi…dan sebaliknya ilmu yang kita dapatkan di organisasi kita bisa terapkan di kuliah yang tentunya jurusan PLS akan terjun langsung ke masyarakat sebagai bidang garapanya….

ahirnya aku mampu menjalani tugasku sebagai Pemimpin….tentunya berbagai kendala ku hadapi…tetapi berkat kerja keras dan dukungan dari keluarga, Dosen, sahabat …semua itu dapat ku lewati dengan rasa sabar dan ikhlas…

Bersama membangun PLS JAYA

Rabu, 15 Juni 2011

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Pembelajaran Berbasis Multikultural


Pembelajaran multikultural adalah kebijakan dalam praktik pendidikan dalam mengakui, menerima dan menegaskan perbedaan dan persamaan manusia yang dikaitkan dengan gender, ras, kelas, (Sleeter and Grant, 1988). Pendidikan multikultural adalah suatu sikap dalam memandang keunikan manusia dengan tanpa membedakan ras, budaya, jenis kelamin, seks, kondisi jasmaniah atau status ekonomi seseorang (Skeel, 1995). Pendidikan multikultural (multicultural education) merupakan strategi pendidikan yang memanfaatkan keberagaman latar belakang kebudayaan dari para peserta didik sebagai salah satu kekuatan untuk membentuk sikap multikultural. Strategi ini sangat bermanfaat, sekurang-kurangnya bagi sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat membentuk pemahaman bersama atas konsep kebudayaan, perbedaan budaya, keseimbangan, dan demokrasi dalam arti yang luas (Liliweri, 2005). Pendidikan multuikultural didefinisikan sebagai sebuah kebijakan sosial yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemeliharaan budaya dan saling memiliki rasa hormat antara seluruh kelompok budaya di dalam masyarakat. Pembelajaran multikultural pada dasarnya merupakan program pendidikan bangsa agar komunitas multikultural dapat berpartisipasi dalam mewujudkan kehidupan demokrasi yang ideal bagi bangsanya (Banks, 1993).

Dalam konteks yang luas, pendidikan multikultural mencoba membantu menyatukan bangsa secara demokratis, dengan menekankan pada perspektif pluralitas masyarakat di berbagai bangsa, etnik, kelompok budaya yang berbeda. Dengan demikian sekolah dikondisikan untuk mencerminkan praktik dari nilai-nilai demokrasi. Kurikulum menampakkan aneka kelompok budaya yang berbeda dalam masyarakat, bahasa, dan dialek; dimana para pelajar lebih baik berbicara tentang rasa hormat di antara mereka dan menunjung tinggi nilai-nilai kerjasama, dari pada membicarakan persaingan dan prasangka di antara sejumlah pelajar yang berbeda dalam hal ras, etnik, budaya dan kelompok status sosialnya.

Pembelajaran berbasis multikultural didasarkan pada gagasan filosofis tentang kebebasan, keadilan, kesederajatan dan perlindungan terhadap hak-hak manusia. Hakekat pendidikan multikultural mempersiapkan seluruh siswa untuk bekerja secara aktif menuju kesamaan struktur dalam organisasi dan lembaga sekolah. Pendidikan multikultural bukanlah kebijakan yang mengarah pada pelembagaan pendidikan dan pengajaran inklusif dan pengajaran oleh propaganda pluralisme lewat kurikulum yang berperan bagi kompetisi budaya individual.

Pembelajaran berbasis multikultural berusaha memberdayakan siswa untuk mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda budaya, memberi kesempatan untuk bekerja bersama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau rasnya secara langsung. Pendidikan multikultural juga membantu siswa untuk mengakui ketepatan dari pandangan-pandangan budaya yang beragam, membantu siswa dalam mengembangkan kebanggaan terhadap warisan budaya mereka, menyadarkan siswa bahwa konflik nilai sering menjadi penyebab konflik antar kelompok masyarakat (Savage & Armstrong, 1996). Pendidikan multikultural diselenggarakan dalam upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam memandang kehidupan dari berbagai perspektif budaya yang berbeda dengan budaya yang mereka miliki, dan bersikap positif terhadap perbedaan budaya, ras, dan etnis. (Farris & Cooper, 1994).

Tujuan pendidikan dengan berbasis multikultural dapat diidentifikasi: (1) untuk memfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan siswa yang beraneka ragam; (2) untuk membantu siswa dalam membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik, kelompok keagamaan; (3) memberikan ketahanan siswa dengan cara mengajar mereka dalam mengambil keputusan dan keterampilan sosialnya; (4) untuk membantu peserta didik dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan kelompok (Banks, dalam Skeel, 1995)

Di samping itu, pembelajaran berbasis multikultural dibangun atas dasar konsep pendidikan untuk kebebasan (Dickerson, 1993; Banks, 1994); yang bertujuan untuk: (1) membantu siswa atau mahasiswa mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk berpartisipasi di dalam demokrasi dan kebebasan masyarakat; (2) memajukan kekebasan, kecakapan, keterampilan terhadap lintas batas-batas etnik dan budaya untuk berpartisipasi dalam beberapa kelompok dan budaya orang lain.

sumber : http://id.shvoong.com/social-sciences/1918568-pendidikan-multikultural/

PENDIDIKAN SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA


PENDIDIKAN KARAKTER

Kebersamaan dan asas kekeluargaan (mutualism and brotherhood, atau ukhuwah) merupakan tuntutan paradigmatik, menjadi titik-tolak dan tuntunan hidup untuk melaksanakan dan mewujudkan misi-misi nasional kita, tugas nasional kita adalah "...Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa...".  . Krisis ekonomi akan membawa kemelaratan dan bertambahnya kemiskinan, yang menyebabkan pula perubahan tatanilai dan moral suatu bangsa. Peranan pendidikan akan dapat mempengaruhi kokohnya keimanan dan secara tidak langsung juga moralitas dan karakter bangsa. Sistem ekonomi “kapitalistik” yang menjadi dasar dan bukan sistem ekonomi “kebersamaan” menjadikan salah satu sebab “keterpurukan ekonomi Indonesia” : banyak hutang, tidak mampu bayar hutang, terus minta hutang, dalam sebuah alam tanah air yang makmur sumberdaya dan makmur sumberalam. Analisis dari berbagai kejadian di negara dan bangsa ini dalam kancah internasional, serta bagaimana peran perguruan tinggi dalam menghadapi globalisasi dengan segala hiruk pikuk fenomena fenomena pada saat ini yang nampak dimata kita, mengharuskan kita memang melakukan “upaya pemulihan”, serta dapat menyatukan pendapat dengan konsep yang jelas akan kebutuhan nasional bangsa Indonesia .
Perlu disadari bahwa definisi pembangunan humanistik yang mulia adalah  bahwa development is an expansion of people's capabilities and creativity, pembangunan adalah perluasan kemampuan dan kreativitas rakyat, sebagaimana ditegaskan oleh Nobel Laureate Amartya Sen (Sen, 1999). Pembangunan adalah perihal meningkatkan human capital (Hatta, 1967), yang kemudian secara keseluruhan membentukkan social capital bangsa, bahwa pembangunan haruslah berawal dari human investment agar bisa dengan lebih baik mengelola modal natural resources dan modal financial sebagai tuntutan riil dan empirik  . Hal inilah yang diperlukan bagi peranan pendidikan dalam membangun karakter bangsa, karena sumberdaya manusia inilah yang menjadi modal suatu bangsa untuk dapat terus maju dalam kancah persaingan global. Karakter ini akan membawa kekuatan menawar (“bargaining power”) sebagai ciri martabat bangsa yang akan mampu menjadi sisi yang berani menawar, bukan menjadi bagian yang dilecehkan .  
Adanya kesan bahwa Indonesia menjadi “negara paling korup” menjadikan kita sering merasa sebagai bangsa yang termarjinalkan, yang menjadikan kita merasa “risi” dalam percaturan kehidupan internasional  .  Budaya adiluhung yang paling minimal, yang harus diemban oleh kaum intelektual umumnya, seperti berlaku jujur, berpegang teguh pada kebenaran, mencintai tanah air, patriotik dan melindungi segenap anak bangsa, sudah semakin tipis dalam percaturan kehidupan berbangsa, bernegara serta dalam berwacana akademik. Oleh karena itu korupsi pun menjadi-jadi makin marak, baik korupsi materi, korupsi waktu, korupsi kekuasaan, korupsi ideologis dan bahkan korupsi akademik . Apabila pendidikan nasional kita masih lemah dan tidak selamanya bisa mencukupi dan mumpuni, kepada pundak siapa lagi tugas nation and character building dan pengukuhan kebhinneka-tunggalikaan kita taruh harapan ? Solusi untuk hal ini adalah :
1.  Pendidikan karakter bangsa harus segera dilaksanakan disemua jenjang pendidikan dari tingkat PAUD sampai pendidikan tinggi yang diintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran/ mata kuliah. Pendidikan karakter bangsa menjadi tanggung jawab setiap guru atau dosen dalam melaksanakan proses pembelajaran, baik kurikuler maupun ekstra kurikuler dengan melalui keteladanan baik dalam bersikap, berprilaku, maupun berbahasa. Pendidikan karakter di tingkat PAUD dan pendidikan dasar memegang peranan penting, karena merupakan pondasi dasar untuk penanaman keimanan, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi pekerti luhur/ akhlakul karimah. 
    Pendidikan karakter bangsa harus dimulai dari pendidikan dalam keluarga, sekolah/ kampus/ pesantren, dan masyarakat. Pendidikan karakter di lingkungan dan masyarakat sangat penting dan sangat membantu dan menentukan keberhasilan pendidikan karakter di sekolah/ kampus  .
sumber :Puruhito dari   Gunawan Sumodiningrat, Strategi Umum Pembangunan Karakter Bangsa, Konferensi Guru Besar II di Surabaya 04 Maret 2009, di : BUKU-KGB-2, AUP, 2011



Kamis, 09 Juni 2011

PLS=SUKSES

Peluang buat lulusan PLS adalah

bagaimana menciptakan hubungan yang memungkinkan terjalin antara pencari kerja dan perusahaan yang membutuhkan lapangan pekerjaan.Hal-hal yang dapat dilakukan, antara lain:
1) Membangun kerjasama dengan perusahaan-perusahaan tentang pengadaan sumberdaya manusia untuk mengisi lowongan yang ada atau yang akan ada (beberapa tahun kedepan). Disini PLS dapat menyiapkan ketrampilan khusus sesuai dengan lowongan yang ada dan yang akan ada;
2) Kalau poin 1 sudah dicapai, maka para lulusan PLS dapat menyelenggara kan pelatihan khusus bagi calon tenaga kerja sesuai kebutuhan pasar atau perusahaan-perusahaan tersebut;
3) Keuntungan yang akan diperoleh, antara lain:
• Perusahaan mendapatkan pekerja yang siap pakai dan mengurangi biaya untuk penyiapan pekerja;
• Pencari kerja memiliki ketrampilan yang sesuai kebutuhan pasar dan memiliki daya saing tinggi, sehingga akan menjamin mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya;
• Lulusan PLS dapat menarik pembayaran dari percari kerja atau juga mungkin dari perusahaan yang membutuhkan pekerja tersebut

Contoh peluang yang dapat dijadikan sebagai kontribusi aksi PLS:
Banyak perusahaan kecil dan besar membutuhkan tenaga marketing. Sedang kebanyakan pencari kerja tidak ingin bekerja di bagian marketing. (Padahal kebanyakan orang sukses secara sosial ekonomi justru terbanyak dari orang-orang marketing. Mengenai ini bisa dibaca dari buku-buku “orang-orang sukses”. Bukankah mendapatkan pekerjaan pada hakikatnya ingin sukses dibidang sosial ekonomi?!).
Lulusan PLS yang menyadari hal ini, bisa membuat atau menyelenggarakan kegiatan “latihan tenaga khusus marketing”. Persoalannya, adakah pencari kerja yang berminat?. Disinilah sebenarnya bagaimana lulusan PLS berkreatif untuk dapat mensosialisasikan idenya secara persuasif, kemudian bagaimana melakukan public awareness akan ide tersebut, hingga pencari kerja mampu mengadopsi ide tersebut dan bersedia mengikuti pelatihan tenaga marketing yang peluang kerjanya sangat terbuka luas tersebut. (ABD)

so, kamu jangan kawatir akan nasib LULUSAN PLS karena masa depan yang cerah telah menantimu di pintu kesuksesan, PLS dapat di ibaratkan memancing ikan DI LAUTAN, yang apabila tidak mendapatkan ikan yang diharapkan bisa mendapatkan ikan yang lain, lain halnya bila mancing di KOLAM LELE, kalo tidak mendapatkan lele brati pemancing tidak akan mendapatkan apa-apa. yaaa, dapat kamu artikan......????
majulah terus PLS, denganmu aku mampu Menuju masa depanku yang CERAH.
BERSAMA MEMBANGUN PLS JAYA
PLS FIP UNY

Rabu, 08 Juni 2011


TIPS BERWIRAUSAHA

 
1. Mengenali peluang usaha

Dalam peluang usaha dinyatakan bahwa peluang sebenarnya ada di sekeliling kita, hanya saja ada beberapa individu yang mampu melihat situasi sebagai peluang ada yang tidak. Hal ini disebabkan faktor informasi yang dimilikinya Informasi memungkinkan seseorang mengetahui bahwa peluang ada sat orang lain tidak menghiraukan situasi tersebut. Akses terhadap informasi dipengaruhi oleh pengalaman hidup dan hubungan sosial (Shane, 2003).
  • Pengalaman hidup. Pengalaman hidup memberikan akses yang lebih mengenai informasi dan pengetahun mengenai penemuan peluang. Dua aspek dari pengalaman hidup yang meningkatkan kemungkinan seseorang menemukan peluang yaitu fungsi kerja dan variasi kerja.
  • Hubungan sosial. Sebuah langkah penting dimana seseorang mendapatkan informasi dari interaksi dengan orang lain. Beberapa ahli menyarankan ketika seorang takut berwirausaha secara sendirian, maka mengawali usaha secara kelompok adalah alternative. Oleh karenanya, kualitas dan kuantitas dalam interaksi sosial akan lebih memungkinkan individu akan membuat kelompok dalam berwirausaha. Informasi yang penting ketika akan memulai usaha adalah informasi mengenai lokasi, potensi pasar, sumber modal, pekerja, dan cara pengorganisasiannya. Kombinasi antara jaringan yang luas dan kenekaragaman latar belakang akan mempermudah mendapatkan informasi tersebut.
2. Optimalisasi Potensi diri

Setelah mengenai peluang usaha maka harus dikombinasikan dengan potensi diri. Keunggulan kompetitif apa yang saya miliki? Yang sering terjadi di masyarakat kita adalah memilih usaha yang sedang trend saat itu. Hal ini sah-sah saja tetapi ketika dalam proses perkembangan tidak membuat inovasi, maka akan sulit bersaing. Counter HP di Yogyakarta merupakan bisnis yang menjamur dalam 3-4 tahun ini. Jika mereka tidak mempunyai keunggulan kompetitif misalnya layanan purna jual, harga yang bersaing, ataukah layanan secara umum baik, maka sulit akan berkembang. Seseorang datang ke sebuah toko untuk membeli HP, sebagian besar karena informasi yang telah didapatkan sebelumnya apakah dari mulut ke mulut ataukah dari koran.
Hal ini sangat berbeda dengan ahli terapis untuk anak autis. Kenyataan menunjukkan penderita autis meningkat di masyarakat, sementara layanan atau terapis autis belum terlalu banyak. Keahlian khusus yang ‘langka’ akan dicari orang tanpa mempertimbangkan aspek lokasi usaha.
Usaha jasa berbasis pengetahuan (knowledge intensive service) merupakan satu alternatif usaha yang memiliki keunggulan kompetitif. Biasanya mereka mendirikan usaha misalnya konsultan keuangan, konsultan manajemen, konsultan enjinering karena kemampuan pengetahuan yang dimilikinya. Oleh karenanya, model usaha ini yang seharusnya dikembangkan dalam kewiarausahaan di Perguruan Tinggi. Mahasiswa didorong untuk melakukan riset sesuai dengan bidang ilmunya untuk memiliki pengetahuan baru dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Selain potensi diri dalam arti pengetahuan yang kita miliki, maka masih perlu mengoptimalkan aspek motivasi dan kepribadian. Dalam modul kuliah 5 kharakteristik kewirausahaan dari perspektif Psikologi maka dapat diperoleh gambaran ada beberapa kaharakteristik yang mendorong kesuksesan usaha dan yang tidak. Oleh karenanya, sejauh mana potensi psikologis anda mampu dioptimalkan dalam memulai sebuah usaha?


3. Fokus dalam bidang usaha

Peter Drucker pakar dalam kewirausahaan menyatakan bahwa dalam dalam memulai sebuah usaha atau inovasi dilakukan disarankan untuk terfokus –dimulai dari yang kecil berdasarkan sumberdaya yang kita miliki. Vidi catering di Yogyakarta adalah salah satu contoh dimana pendirinya berlatar belakang sarjana teknologi pertanian, jurusan pengolahan makanan. Memulai usaha rantangan untuk anak kost karena tinggal di sekitar kampus, kemudian karenabasic knowledge di bidang pengolahan makanan, kemudian berkembang menjadi catering, hotel, dan sekarang ini gedung pertemuan dan paket pernikahan (event organizer).


4. Berani memulai.

Dunia kewirausahaan adalah dunia ketidakpastian sementara informasi yang dimiliki oleh yang akan memulai usaha sedikit. Oleh karenanya, ‘sedikit agak gila’ (overconfidence) dan berani mengambil resiko adalah sangat perlu dilakukan. Lakukan dulu. Jalan dulu. Jika ada kesulitan, baru dicari jelan keluarnya.

sumber:http://trik-tips-tutorial.blogspot.com/2010/02/tips-memulai-berwirausaha.html

STUDI BANDING GOA PINDUL

PAKET STUDY BANDING Dalam paket studi banding ini kami akan memberikan informasi  berdasarkan pengalaman yang sudah kita lakukan, untuk d...