Jumat, 14 Oktober 2011

PENDIDIKAN KAUM TERTINDAS, Paulo Freire


Dalam memahami pendidikan kaum tertindas Freire mencoba memaparkan siswa sebagai subjek dalam proses pembebasan dari kekuasaan. Siswa yang selalu diposisikan sebagai objek selalu disebut sebagai kaum yang tertindas. Dan dalam pandangannya kaum tertindas tidak berusaha untuk mengupayakan pembebasan, tetapi cenderung menjadikan dirinya penindas, atau penindas kecil. Dalam pikirannya selalu melekat ketidakmungkinan untuk terlepas dari belenggu kekuasaan, dan oleh karena itu upaya untuk menindas kembali merupakan suatu hal yang dapat sedikit meringankan beban mereka. Semua ini terjadi karena pada momentum tertentu, dalam pengalaman eksistensial mereka cenderung mengambil sikap “melekat” kepada penindasnya. Dalam keadaan seperti itu kaum tertindas tidak akan dapat melihat “manusia baru” karena manusia itu harus dilahirkan dalam pemecahan kontradiksi ini, dalam suatu proses memudarnya penindasan untuk membuka jalan kearah pembebasan.
Dalam konteks kesadaran kritis benda-benda dan fakta-fakta ditampilkan secara empirik, dalam kausalitas dan saling berhubungan dengan lingkungan sekitar. Dalam pengertian lain, kesadaran kritis berupaya untuk mengintegrasikan diri dengan realitas, yang pada akhirnya lambat-laun akan diikuti oleh aksi atau tindakan. Karena sekali manusia menemukan dan menangkap adanya tantangan, memahaminya, dan merumuskan kemungkinan-kemungkinan memecahkannya, maka ia akan bertindak.Konsep pendidikan melalui kesadaran kritis merupakan suatu bentuk “kritisisme sosial”; semua pengetahuan pada dasarnya dimediasi oleh linguistik yang tidak bisa dihindari secara sosial dan historis; individu-individu berhubungan dengan masyarakat yang lebih luas melalui tradisi mediasi (yaitu bagaimana lingkup keluarga, teman, agama, sekolah formal, budaya pop, dan sebagainya). Pendidikan mempunyai hubungan dialogis dengan konteks sosial yang melingkupinya, sehingga pendidikan harus kritis terhadap berbagai fenomena yang ada dengan menggunakan pola pembahasaan yang bernuansa sosiohistoris.Lebih lanjut, dimaknai bahwa pendidikan kritis yang disertai adanya kedudukan wilayah-wilayah pedagogis dalam bentuk universitas, sekolah negeri, museum, galeri seni, atau tempat-tempat lain, maka ia harus memiliki visi dengan tidak hanya berisi individu-individu yang adaptif terhadap dunia hubungan sosial yang menindas, tetapi juga didedikasikan untuk mentransformasikan kondisi semacam itu. Artinya, pendidikan tidak berhenti pada bagaimana produk yang akan dihasilkannya untuk mencetak individu-individu yang hanya diam manakala mereka harus berhubungan dengan sistem sosial yang menindas. Harus ada kesadaran untuk melakukan pembebasan. Pendidikan adalah momen kesadaran kritis kita terhadap berbagai problem sosial yang ada dalam masyarakat.
Setiap orang pastilah memiliki harapan dalam hidup ini. 


 Perkembangan dirinya di masa yang akan datang. Sehubungan dengan hal 
Setiap orang pada dasarnya mempunyai harapan-harapan akan
tersebut biasanya timbul pertanyaan pada masa depannya. Keberhasilan 
seseorang di masa depan akan diperoleh bila bekerja keras, tetapi selain kerja 
keras juga diperlukan optimis. Setiap orang harus merasa optimis dan memiliki 
semangat yang tinggi dalam mewujudkan suatu perubahan yang lebih baik di hari 
depannya. Sehingga orang yang berpikir optimis di dalam hidupnya akan selalu 
penuh percaya diri. Seseorang yang mempunyai rasa optimis yang besar biasanya 
ia sangat percaya pada dirinya sendiri. Rasa percaya diri merupakan modal utama 
bagi seseorang guna mewujudkan dan mengembangkan potensi dirinya, Mikesell 
(dalam Darmaji, 1989).  

Rabu, 07 September 2011

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI

uasa Ramadan telah berakhir, nuansa perayaan Idul Fitri masih terasa di awal bulan Syawal ini. Secara harfiah, Idul Fitri bermakna hari suci, sering diartikan hari kembali sucinya jiwa-jiwa umat Muslim setelah menjalankan puasa dan berbagai rangkaian ibadah sebulan penuh selama Ramadan.

Di Indonesia, perayaan Idul Fitri memiliki kekhasan tersendiri. Hari raya Idul Fitri yang sering diistilahkan dengan “lebaran” ini tidak saja menjadi milik umat Muslim secara eksklusif, tapi telah menjadi kultur bangsa yang unik. Dua istilah yang sering kita dengar, baik secara verbal, tertulis di kartu lebaran, maupun gejala beberapa tahun belakangan ini melalui pesan pendek di telpon seluler kita adalah “minal aidin wal faizin” dan “halal bi halal”. Dua frasa bahasa Arab itu, konon tak ditemukan dalam kultur Arab sendiri. Istilah yang lebih sering dipakai dalam budaya Arab adalah ungkapan “kullu aam wa wantum bi khair” (Semoga sepanjang tahun Anda dalam keadaan baik-baik), atau “taqabbalallahu minna wa minkum” (Semoga Allah menerima amal kami dan Anda) [Qaris Tajudin; 2006].    

 
Selain itu, masyarakat lebih sering menyebut hari raya ini dengan istilah “Lebaran”, sebuah istilah yang khas bangsa Indonesia. Bukan saja secara istilah, rangkaian tradisi menyambut hari raya di Indonesia juga unik, sebut saja misalnya tradisi mudik, mengunjungi kampung halaman dan bersilaturrahmi kepada orang tua, sanak famili, guru, serta handai taulan. Tradisi lebaran menyisakan pertanyaan besar, bagaimana tradisi yang sangat kuat ini terbentuk? Makna apa di balik pertemuan momen keislaman ini dengan tradisi kultur bangsa kita? Mungkinkan ditarik satu makna dan nilai yang lebih terbuka dan berguna bagi proses penguatan kebangsaan kita?
 
J.J. Rizal baru-baru ini menulis sebuah artikel yang sangat menarik tentang tradisi lebaran. Sejarawan muda ini mengungkapkan, istilah Lebaran, tidak saja berdimensi religi, tapi sekaligus sosial-budaya- politik. Istilah yang dipopulerkan oleh orang Betawi ini  --sepadan dengan istilah Jawa Syawalan atau Bada— direproduksi terus dalam kultur bangsa lebih dari 80 tahun sejak waktu itu. Sejarah mencatat, sejak tahun 1927 istilah tersebut telah dipakai. Pada tahun 1929, Lebaran dijadikan momentum politik yang penting, Java Bode untuk pertama kalinya mempelopori sembahyang Idul Fitri di lapangan terbuka Konengslein (sekarang Gambir), Jakarta. Para tokoh pergerakan nasional menjadikannya ajang pertemuan dan menguatkan semangat rakyat, sekaligus menghayati penderitaannya. 

http://www.pdp.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=66

Jumat, 12 Agustus 2011

CONTOH PROPOSAL PENDIRIAN PAUD


PROPOSAL
PENDIRIAN KELOMPOK BERMAIN “PELANGI CERIA”
DUSUN RANDU, KELURAHAN HARGOBINANGUN,
PAKEM, SLEMAN, DIY


 






















KABUPATEN SLEMAN






KELOMPOK BERMAIN “PELANGI CERIA”
DUSUN RANDU, KELURAHAN HARGOBINANGUN,
PAKEM, SLEMAN, DIY

 

No       :  01/KBPC/VI/2011
Lamp.  :  1 (satu) bendel
Perihal :  Permohonan Ijin Operasional
               Kelompok Bermain
Sleman,   20 Agustus 2011
Kepada
Yth.    Kepala Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Sleman
di    Sleman



Bersama ini kami sampaikan dengan hormat sehubungan dengan usaha kami untuk ikut membantu pemerintah dalam bidang pendidikan khususnya Pendidikan Anak Usia Dini/PAUD dimana pada otak anak usia dini 0 – 6 tahun terdapat milyaran sel-sel otak yang dapat menyerap pendidikan hingga 50%  untuk  itu kami selaku pengelola Kelompok Bermain “PELANGI CERIA” Kelurahan Hargobinangun Kabupaten Sleman memberanikan diri memohon ijin operasional Kelompok Bermain kami kepada Bapak Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sleman agar program tersebut dapat terealisasi.
Demikian permohonan kami, atas perhatian dan kebijaksanaan dari Bapak Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sleman kami sampaikan terima kasih.


Lurah Hargobinangun





Beja Wiryanta








Ketua
KB “PELANGI CERIA”




Titik Mardiyanti




Kepala UPTP dan K Sleman





Drs. UUUUUUU
NIP. 19620112 198405 1 005
Mengetahui


Camat Sleman





Drs. UUUUUUU
NIP.

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (KB) adalah “suatu pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut,” (pasal 1 butir 14).
Disebutkan lebih lanjut dalam pasal 28 UU tersebut antara lain bahwa KB diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dan KB dapat diselenggarakan dalam jalur pendidikan formal, non formal dan informal. Dalam hal ini satuan KB sejenis (KB) merupakan salah satu bentuk KB jalur pendidikan non formal. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan non formal. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan sangat menentukan bagi perkembangan anak dikemudian hari.
Berdasarkan hasil pendataan anak usia dini Kelurahan Hargobinangun sebagai berikut
-          Laki-laki          :    9 anak
-          Perempuan      :    6 anak
      Jumlah             :  23 anak
Belum terlayani pendidikan non formal (kelompok bermain)
Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1 – 2
-
-
-
2 – 3
1 anak
-
1 anak
3 – 4
8 anak
5 anak
13 anak
4 – 5
-
1 anak
1 anak
Jumlah
9 anak
6 anak
15 anak

Data ini memerlukan pemikiran alternatif dalam memberikan pelayanan pendidikan bagi anak sedini mungkin. Untuk itu perlu adanya pemerataan layanan pendidikan bagi anak usia dini di Kelurahan Hargobinangun. Salah satu alternatif adalah Satuan KB Sejenis (KB).






B.     Pengertian
  1. Satuan KB Sejenis salah satu bentuk KB pada jalur pendidikan non formal (KB non formal) yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak-anak sejak lahir sampai dengan enam tahun (dengan prioritas anak usia 2 – 4 tahun).
  2. Melayani Pendidikan Anak Usia Dini yang belum terlayani pendidikan pada jalur formal (Taman Kanak-kanak) yang ada.

C.    Dasar Hukum
  1. Undang-undang Dasar 1945
  2. UU No.4 Tahun 1974 tentang Kesejahteraan Anak
  3. UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 4 dan 8
  4. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Anak
  5. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
  6. Peraturan Presiden Republik Indonesia No.7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2004-2009
  7. Keputusan Mendiknas No.13 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional
  8. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005

D.    Tujuan
  1. Tujuan Umum
Memberikan motivasi kepada masyarakat akan pentingnya pelayanan pendidikan, kesehatan dan gizi bagi anak usia dini dalam upaya meletakkan dasar-dasar perkembangan sikap, mental, pengetahuan, ketrampilan, daya cipta, berbahasa yang diperlukan oleh anak usia dini sehingga siap untuk memasuki pendidikan selanjutnya.

  1. Tujuan Khusus
-          Membentuk dan menghasilkan anak muslim/muslimah yang berakhlak mulia, cakap, percaya diri, berguna bagi masyarakat dan bangsa dengan menanamkan dan mengembangkan kehidupan beragama secara umum sedini mungkin dan berbudi pekerti seperti sopan santun yang luhur.
-          Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman melalui kemampuan daya pikir.
-          Mengembangkan kemampuan daya cipta agar anak menjadi kreatif
-          Mampu bersosialisasi dan memiliki spontanitas dalam berkomunikasi dan berpikir.
-          Membantu orang tua untuk meningkatkan pembinaan dalam rangka membentuk sumber daya manusia yang berkualitas sejak dini.


E.     Hasil yang Diharapkan
1.      Anak menjadi anak yang sholeh/sholehah, sehat, cerdas dan ceria.
2.      Anak menjadi mandiri dan bertanggung jawab.
3.      Anak kreatif, sudah bisa menciptakan kreasi sendiri.
4.      Saling menyayangi terhadap sesama.

F.     Penutup
Dalam hal realisasi pelaksanaan program pengembangan satuan KB Sejenis KB “PELANGI CERIA” di Kelurahan Hargobinangun masih sangat dibutuhkan perhatian dan dukungan dari berbagai pihak, baik masyarakat maupun instansi terkait berupa sarana maupun prasarana guna kelancaran terlaksananya program pendidikan anak usia dini dalam jalur non formal ini.
Demikian proposal ini kami buat guna memenuhi persyaratan pendirian Pendidikan Anak Usia Dini jalur non formal dalam bentuk satuan KB Sejenis KB “PELANGI CERIA” di lingkungan Kelurahan Hargobinangun.




Penyelenggara KB
“PELANGI CERIA”


Titik Mardiyanti

Sleman, 20 Agustus 2011

Sekretaris



Sarsini





KELOMPOK BERMAIN “PELANGI CERIA”
DUSUN RANDU, KELURAHAN HARGOBINANGUN,
PAKEM, SLEMAN, DIY
 

DATA SISWA KELOMPOK BERMAIN PELANGI CERIA

1.      Nama siswa                   :  JUAN HARYA SETYAKI
Tanggal lahir                 :  21 Januari 2006
Nama Orangtua            :  Tukiman / Sri Wahyuni
Pendidikan orangtua     :  SLTA

Kamis, 28 Juli 2011

OSPEK FIP UNY MANTAP

 Ospek satu kata yang gak asing untuk akhir-akhir ini,, kenapa?? karena santer terdengar oleh ribuan telinga warga sekitar UNY yang mengguncang perbincangan disana,, alangkah terkesan seram dan mencekam yang terlihat dari sikap MABA yang menjadi objek OSPEK,,,, hemmmmmm ngeriii??? Tapi tidak yang seperti di bayangkan,,ospek yang di kemas oleh panitia FIP UNY adalah ospek yang penuh dengan kekeluargaan,, senyum, salam, sapa pun terlihat oleh wajah-wajah panitia sekaligus pemandu... 

"Selamat datang mahasiswa baru,, selamt datang wahai pencerah bangsa,, satukan langkahmu meraih impian dan citamu bersama FIP UNY tercinta.."

 SELAMAT datang di kampus HIJAU,,kampus yang selalu memebrikan yang terbaik untuk masa depanmu… selamat datang dalam  serangkaian acara OSPEK FIP UNY 2011 yang nantinya menjadiawal dari kamu menginjakkan lebih jauh di kampus ini,,,

Ingatlah yang nantinya akan kalian emban dan amanah yang besar dengan menyandang MAHAsiswa yang menjadi tongkat peradaban yang selalu diharapkan kontribusi untuk indonesia tercinta.
Hidup Mahasiswa INDONESIA..///
Hidup Mahasiswa UNY
Hidup Mahasiswa FIP
Hidup Mahasiswa PLS ,,,heheheee
seruan yang tentunya selalu terdengar untuk OSPEK FIP UNY 2011,,,dengan semangat yang memebara marilah kita jadikan OSPEK kali ini ospek yang mencerahkan bukan mencekamkan..

Mahasiswa pewaris peradaban,, pemikul cita-cita bangsa,, Kehidupan baru, zaman baru akan menyambutmu maka persiapkanlah dangan optimal.
Selamat mengikuti OSPEK UNY 2011

JADWAL OSPEK UNY 2011


  • 2 Agustus 2011 disebut OSPEK Universitas, seluruh Mahasiswa baru ditempatkan di GOR UNY untuk mengikuti acara
  • 3 Agustus 2011 diisi acara Display Unit Kegiatan Mahasiswa UNY bertempat di GOR UNY
  • 4-6 Agustus 2011 dilaksanakan di fakultas masing-masing (OSPEK FAKULTAS).

Kamis, 14 Juli 2011

Cara Memanfaatkan Kata Mutiara

Bagaimana cara memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari? Pilihlah kalimat yang paling memberikan inspirasi bagi Anda. Silahkan copy kemudian baca secara berulang-ulang. Jika perlu diprint dalam tampilan yang bagus, misalnya dilengkapi gambar, tata warna yang bagus, serta dilengkapi dengan bingkai. Kemudian pasang di kamar, di tempat tidur, dan di ruang kerja Anda.
Kuncinya ialah bagaimana bisa masuk ke dalam pikiran bawah sadar Anda. Setelah meresak ke dalam pikiran bawah sadar Anda, nantinya akan terpancar melalui tindakan, perkataan, dan pikiran sadar Anda. Punya kata mutiara yang bagus akan percuma jika tidak meresap ke dalam pikiran bawah sadar Anda.


“Makin banyak yang saya ketahui, Makin banyak yang Saya tidak tau” atau dalam bahasa Inggrisnya “The More I know, The More I dont know”

“Orang Sukses bukanlah melakukan sesuatu yang berbeda, mereka melakukan hal yang sama namun dengan cara yang berbeda”



Belajar adalah Kunci Masa Depanku
Belajar,, belajar dan teruss belajarrr..............


KEJARLAH MIMPIMU
YUDAN PLS UNY 

Sabtu, 18 Juni 2011

HIMA PLS UNY = KEBANGGANKU

GORESANKU UNTUK HIMA PLS
Oleh: Yudan Hermawan

Perhatikan pertanyaan ini….
apa sih organisasi?
apa yang bisa perbuat untuk organisasi?
Apa sih yang kita dapatkan dari organisasi?
mau dibawa kemana organisasi?

Yahhh, pertanyaan itulah yang selalu mengikutiku selama ini,
yang selalu berusaha memasuki pikiranku untuk segera menemukan jawabanya?
Semua pertanyaan itu muncul sejak dahulu kala dan smpai sekarang,,,
Awal mula saya mencoba menyusup dan memakai almamater organisasi
berawal dari rasa ingin mencoba dan merasakan organisasi itu seperti apa
sampai aku seperti sekarang
hampir semua waktu luang,dikala tidak kuliah, semuanya tersita organisasi
dikala teman yang lain pulang kuliah,belajar,mengerjakan tugas
saya tetap dikampus mondar mandir, utak-utik pikiran untuk organisasi
ketika teman saya mulai istirahat,tidur,,,,
saya barulah pulang dari kampus dengan muka kucel dan mulai belajar
capek,lelah,bosen,males,,,,,ya tentunya muncul di benakku
korban waktu,
korban tenaga
dan juga terkadang merogoh kocek dari dompet yang sudah tipisss
untuk sebuah organisasi
tapi semuanya terasa terbayarkan jika melihat acara bisa terlaksana
sukses lagiii,,,,,hehe
semuanya terasa puas dan hilang pengorbanan yang telah di berikan
ketika melihat kesuksesan itu
mungkin hanyalah sebagian penggurus HIMA yang menrasakan hal semacam itu
yang memang merasakan betapa HEBATNYA itu……

dari organisasilah aku bisa menyalurkan ilmu yang aku dapat untuk masyarakat
dari organisasi aku merasa hidup ku bermanfaat untuk orang-orang disekitar ku
dari organisasi pula aku menemukan artinya teman, artinya pengorbanan, artinya saling mengerti
dari organisasilah aku bisa memenejemn waktu
dari organisasilah yang mambawaku menjadi lebih dewasa

HIMA tahun ini mungkin akan menjadi tahun terberat bagi KU
Dengan segala kebimbangan, segala kekuranganku, keraguan,
aku mencoba melangkah
mengambil resiko itu
hanyalah tekad NEKAD
menerima tawaran menjadi KETUA HIMA PLS
suatu amanah yang besar dipundaku,, mau dibawa kemana HIMA ku ini??

Setelah berapa bulan berjalan, ternyata sudah banyak sekali maslah-maslah yang memaksaku untuk menjadi lebih sensitife dan bijak untuk mengabil sebuah keputusan…
dengan sedikit pengetahuan dan pengalamanku ternyata banyak sekali pertanyaan yang harus aku cari jawabannya, yang harus aku mengerti demi HIMA ku,,,
semangat yang muncul dari kecerian mahasiswa PLS 2010,
sebuah motivasi dan semangat dari PLS 2009 dan 2008
tak kalah juga dari semua dosen PLS UNY yang super hebatttt
mungkin aku sudah males memikirkan HIMA
lebih baik jadi mahasiswa biasa, yang bisa main setelah kuliah tanpa ada beban pikiran lagi
yang langsung pulang kekontrakan ngerjain tugas kuliah yang numpuk dan pastinya teman-temanku yang lain sudah selesai.
tetapi ternyata ada kenikmatan dan kepuasaan tersendiri ketika sudah bisa melewati permasalahan tersebut

terima kasih untuk kalian yang selalu mendengarkan segala keluh kesah ku saat aku membutuhkan tempat untuk bercerita,nangis lagi…
terima kasih untuk kamu yang mau meluangkan waktu hanya mendengar aku menangis,
wah yudan cengeng yo pas evaluasi.hoho
dan seribu maaf untuk pengurus yang merasa terkecewakan oleh aku
yang selalu mengalah demi arogan ku,, yang selalu sok tau padahal bodoh..
yang selalu tidak mendengarkan semua masukan dari kalian
yang selalu ingin menang
yang selalu tidak serius dalam rapat, acara, dan waktu formal
tapi aku dengan segala maafku,
kita pasti memiliki tujuan yang sama hanya cara yang kita tempuh yang berbeda

Sesuai dengan tujuan awal…masuk organisasi harus bisa meningkatkan kapasitas individ..
dan ternyata sukses….dan aku semakin serius melakoninya..sampai-sampai jarang pulang ke rumah…bagaimana tidak sederetan program kerja sudah di susun oleh pengurus…dan saya sebagai ketua harus mampu ikut menyukseskan program-program tersebut… nahhhh disinilah enaknya berorganisasi…kita bisa terapin teori yang kita dapat dari kuliah ke dalam organisasi…dan sebaliknya ilmu yang kita dapatkan di organisasi kita bisa terapkan di kuliah yang tentunya jurusan PLS akan terjun langsung ke masyarakat sebagai bidang garapanya….

ahirnya aku mampu menjalani tugasku sebagai Pemimpin….tentunya berbagai kendala ku hadapi…tetapi berkat kerja keras dan dukungan dari keluarga, Dosen, sahabat …semua itu dapat ku lewati dengan rasa sabar dan ikhlas…

Bersama membangun PLS JAYA

Rabu, 15 Juni 2011

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Pembelajaran Berbasis Multikultural


Pembelajaran multikultural adalah kebijakan dalam praktik pendidikan dalam mengakui, menerima dan menegaskan perbedaan dan persamaan manusia yang dikaitkan dengan gender, ras, kelas, (Sleeter and Grant, 1988). Pendidikan multikultural adalah suatu sikap dalam memandang keunikan manusia dengan tanpa membedakan ras, budaya, jenis kelamin, seks, kondisi jasmaniah atau status ekonomi seseorang (Skeel, 1995). Pendidikan multikultural (multicultural education) merupakan strategi pendidikan yang memanfaatkan keberagaman latar belakang kebudayaan dari para peserta didik sebagai salah satu kekuatan untuk membentuk sikap multikultural. Strategi ini sangat bermanfaat, sekurang-kurangnya bagi sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat membentuk pemahaman bersama atas konsep kebudayaan, perbedaan budaya, keseimbangan, dan demokrasi dalam arti yang luas (Liliweri, 2005). Pendidikan multuikultural didefinisikan sebagai sebuah kebijakan sosial yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemeliharaan budaya dan saling memiliki rasa hormat antara seluruh kelompok budaya di dalam masyarakat. Pembelajaran multikultural pada dasarnya merupakan program pendidikan bangsa agar komunitas multikultural dapat berpartisipasi dalam mewujudkan kehidupan demokrasi yang ideal bagi bangsanya (Banks, 1993).

Dalam konteks yang luas, pendidikan multikultural mencoba membantu menyatukan bangsa secara demokratis, dengan menekankan pada perspektif pluralitas masyarakat di berbagai bangsa, etnik, kelompok budaya yang berbeda. Dengan demikian sekolah dikondisikan untuk mencerminkan praktik dari nilai-nilai demokrasi. Kurikulum menampakkan aneka kelompok budaya yang berbeda dalam masyarakat, bahasa, dan dialek; dimana para pelajar lebih baik berbicara tentang rasa hormat di antara mereka dan menunjung tinggi nilai-nilai kerjasama, dari pada membicarakan persaingan dan prasangka di antara sejumlah pelajar yang berbeda dalam hal ras, etnik, budaya dan kelompok status sosialnya.

Pembelajaran berbasis multikultural didasarkan pada gagasan filosofis tentang kebebasan, keadilan, kesederajatan dan perlindungan terhadap hak-hak manusia. Hakekat pendidikan multikultural mempersiapkan seluruh siswa untuk bekerja secara aktif menuju kesamaan struktur dalam organisasi dan lembaga sekolah. Pendidikan multikultural bukanlah kebijakan yang mengarah pada pelembagaan pendidikan dan pengajaran inklusif dan pengajaran oleh propaganda pluralisme lewat kurikulum yang berperan bagi kompetisi budaya individual.

Pembelajaran berbasis multikultural berusaha memberdayakan siswa untuk mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda budaya, memberi kesempatan untuk bekerja bersama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau rasnya secara langsung. Pendidikan multikultural juga membantu siswa untuk mengakui ketepatan dari pandangan-pandangan budaya yang beragam, membantu siswa dalam mengembangkan kebanggaan terhadap warisan budaya mereka, menyadarkan siswa bahwa konflik nilai sering menjadi penyebab konflik antar kelompok masyarakat (Savage & Armstrong, 1996). Pendidikan multikultural diselenggarakan dalam upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam memandang kehidupan dari berbagai perspektif budaya yang berbeda dengan budaya yang mereka miliki, dan bersikap positif terhadap perbedaan budaya, ras, dan etnis. (Farris & Cooper, 1994).

Tujuan pendidikan dengan berbasis multikultural dapat diidentifikasi: (1) untuk memfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan siswa yang beraneka ragam; (2) untuk membantu siswa dalam membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik, kelompok keagamaan; (3) memberikan ketahanan siswa dengan cara mengajar mereka dalam mengambil keputusan dan keterampilan sosialnya; (4) untuk membantu peserta didik dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan kelompok (Banks, dalam Skeel, 1995)

Di samping itu, pembelajaran berbasis multikultural dibangun atas dasar konsep pendidikan untuk kebebasan (Dickerson, 1993; Banks, 1994); yang bertujuan untuk: (1) membantu siswa atau mahasiswa mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk berpartisipasi di dalam demokrasi dan kebebasan masyarakat; (2) memajukan kekebasan, kecakapan, keterampilan terhadap lintas batas-batas etnik dan budaya untuk berpartisipasi dalam beberapa kelompok dan budaya orang lain.

sumber : http://id.shvoong.com/social-sciences/1918568-pendidikan-multikultural/

PENDIDIKAN SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA


PENDIDIKAN KARAKTER

Kebersamaan dan asas kekeluargaan (mutualism and brotherhood, atau ukhuwah) merupakan tuntutan paradigmatik, menjadi titik-tolak dan tuntunan hidup untuk melaksanakan dan mewujudkan misi-misi nasional kita, tugas nasional kita adalah "...Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa...".  . Krisis ekonomi akan membawa kemelaratan dan bertambahnya kemiskinan, yang menyebabkan pula perubahan tatanilai dan moral suatu bangsa. Peranan pendidikan akan dapat mempengaruhi kokohnya keimanan dan secara tidak langsung juga moralitas dan karakter bangsa. Sistem ekonomi “kapitalistik” yang menjadi dasar dan bukan sistem ekonomi “kebersamaan” menjadikan salah satu sebab “keterpurukan ekonomi Indonesia” : banyak hutang, tidak mampu bayar hutang, terus minta hutang, dalam sebuah alam tanah air yang makmur sumberdaya dan makmur sumberalam. Analisis dari berbagai kejadian di negara dan bangsa ini dalam kancah internasional, serta bagaimana peran perguruan tinggi dalam menghadapi globalisasi dengan segala hiruk pikuk fenomena fenomena pada saat ini yang nampak dimata kita, mengharuskan kita memang melakukan “upaya pemulihan”, serta dapat menyatukan pendapat dengan konsep yang jelas akan kebutuhan nasional bangsa Indonesia .
Perlu disadari bahwa definisi pembangunan humanistik yang mulia adalah  bahwa development is an expansion of people's capabilities and creativity, pembangunan adalah perluasan kemampuan dan kreativitas rakyat, sebagaimana ditegaskan oleh Nobel Laureate Amartya Sen (Sen, 1999). Pembangunan adalah perihal meningkatkan human capital (Hatta, 1967), yang kemudian secara keseluruhan membentukkan social capital bangsa, bahwa pembangunan haruslah berawal dari human investment agar bisa dengan lebih baik mengelola modal natural resources dan modal financial sebagai tuntutan riil dan empirik  . Hal inilah yang diperlukan bagi peranan pendidikan dalam membangun karakter bangsa, karena sumberdaya manusia inilah yang menjadi modal suatu bangsa untuk dapat terus maju dalam kancah persaingan global. Karakter ini akan membawa kekuatan menawar (“bargaining power”) sebagai ciri martabat bangsa yang akan mampu menjadi sisi yang berani menawar, bukan menjadi bagian yang dilecehkan .  
Adanya kesan bahwa Indonesia menjadi “negara paling korup” menjadikan kita sering merasa sebagai bangsa yang termarjinalkan, yang menjadikan kita merasa “risi” dalam percaturan kehidupan internasional  .  Budaya adiluhung yang paling minimal, yang harus diemban oleh kaum intelektual umumnya, seperti berlaku jujur, berpegang teguh pada kebenaran, mencintai tanah air, patriotik dan melindungi segenap anak bangsa, sudah semakin tipis dalam percaturan kehidupan berbangsa, bernegara serta dalam berwacana akademik. Oleh karena itu korupsi pun menjadi-jadi makin marak, baik korupsi materi, korupsi waktu, korupsi kekuasaan, korupsi ideologis dan bahkan korupsi akademik . Apabila pendidikan nasional kita masih lemah dan tidak selamanya bisa mencukupi dan mumpuni, kepada pundak siapa lagi tugas nation and character building dan pengukuhan kebhinneka-tunggalikaan kita taruh harapan ? Solusi untuk hal ini adalah :
1.  Pendidikan karakter bangsa harus segera dilaksanakan disemua jenjang pendidikan dari tingkat PAUD sampai pendidikan tinggi yang diintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran/ mata kuliah. Pendidikan karakter bangsa menjadi tanggung jawab setiap guru atau dosen dalam melaksanakan proses pembelajaran, baik kurikuler maupun ekstra kurikuler dengan melalui keteladanan baik dalam bersikap, berprilaku, maupun berbahasa. Pendidikan karakter di tingkat PAUD dan pendidikan dasar memegang peranan penting, karena merupakan pondasi dasar untuk penanaman keimanan, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi pekerti luhur/ akhlakul karimah. 
    Pendidikan karakter bangsa harus dimulai dari pendidikan dalam keluarga, sekolah/ kampus/ pesantren, dan masyarakat. Pendidikan karakter di lingkungan dan masyarakat sangat penting dan sangat membantu dan menentukan keberhasilan pendidikan karakter di sekolah/ kampus  .
sumber :Puruhito dari   Gunawan Sumodiningrat, Strategi Umum Pembangunan Karakter Bangsa, Konferensi Guru Besar II di Surabaya 04 Maret 2009, di : BUKU-KGB-2, AUP, 2011



STUDI BANDING GOA PINDUL

PAKET STUDY BANDING Dalam paket studi banding ini kami akan memberikan informasi  berdasarkan pengalaman yang sudah kita lakukan, untuk d...